Sabtu, 17 Desember 2011

Happy B'thday Dini

Ngrayain ulang tahun salah satu anggota house Manta ray, Nindya Dini Pangestika, ato biasa dipanggil Dini, NDP di lapangan rumput sekolah.


Yah, walaupun kecil-kecilan yg penting suasana kekeluargaan yang tersajikan di sana.

Namun yang lucu, perayaan ulang tahunnya Dini tapi malah Dini yang nyiapin segalanya. Mulai dari kue ulang tahun sampe yang sms anak2 buat kumpul. Hehehee.

 Tapi tenang aja, Manta bakalan punya acara sendiri kok buat Dini. Biasa, kan klo ada yang ulang tahun digabung satu bulan tuh sapa aja . hehehehe

Acara pun ditutup dengan foto-foto narsis. Dasar anak SMA.


Kamis, 15 Desember 2011

Kamar B 3.4

I Love my life. Apa yang diberikan Allah adalah yang terbaik untuk diri kita. kamarku di asrama adalah B 3.4, tepatnya di gedung B lantai tiga kamar no.4 di blok kiri. Di sanalah letak keluaraku, Manta ray. Setiap kamar di asrama SA ini ditempati 8 penghuni. Campuran, dua kelas tiga, tiga kelas dua, dan tiga kelas satu. Aku dan Aji tentu saja jadi angkatan paling senior alias kelas XII di kamarku, Lalu Tuhu, Manaf, dan Virgi untuk kelas XI. Mifta, Andri, dan Ipang untuk kelas sepuluhnya. Pertama kali ngrasa gak nyaman sama kondisi kamar. Ada banyak pikiran negatif. Pengen satu kamar sama temen itulah, nggak pengen sama yang itu. Pokonya serba repot, nggak puas. Apalagi ada salah satu anak kelas satu yang nggak bisa diem, ngomong terus. buat suasana makin panas. Belum lagi yang kelas XI agak jorok. Terus ditambah kondisi kamar yang nggak begitu besar ditempati 8 anak. Sumpek.

Namun, pikiran itu segera hilang seiring dengan berjalannya waktu. Ceile. Ya, lama-lama aku kerasan sama kondisi kamar. Malah sekarang selalu rindu pgen di kamar terus. Ternyata orang2 yang kita anggap krang baik pada awalnya menyenangkan jga kalo kita udh kenal. Walaupun dalam berinteraksi kadang ada cek cok, nggrundel, ato bosen tapi itulah hidup, nggak selamnya senang. Sama halnya dengan manusia nggak selamanya baik, terkadang ada saat mereka bad mood. Maka dari itu, mulai sekarang aku mencoba mengerti dan ikhlas menerima segalanya, karena aku yakin apa yang aku miliki sekarang adalah yang terbaik.

Selasa, 06 Desember 2011

Sholawat Untuk mu Wahai Nabiku


Kurang lebih makna yang terkandung seperti ini:

Shalawat serta salam ku persembahkan kepada mu wahai kekasih ku
Sebagai bukti keteguhan ku,wahai Nabi saw (kekasih ku)
Engkaulah sebenar2nya pemberi peringatan pada masa mu
Wahai kekasih ku,wahai Rasulullah saw yang bercahaya wajahnya penunjuk jalan kebenaran
Tak lekang sholawat tercurah pada mu wahai pembawa kebenaran,laksana hembusan angin yang kencang.



Terima kasihku pada mu wahai Nabi Muhammad SAW. Semoga aku bisa meneladani diri mu dan riwayatmu. Karena asal Nabi Muahammad SAW tahu, hati ini selalu bertasbih dan berdzikir memanggil-manggil nama mu.





Doa Hamba Sore Ini

Ya Rabb...
Sekali lagi aku melakukan banyak kesalahan dan kealpaan

Ya Rabb...
Sekali lagi aku melakukan dosa yang sebelumnya telah aku taubatkan

Ampuni aku wahai Rabb yang Maha Melihat, Maha Mendengar

Bila rasa ini jadi penanda imanku padamu
Jadikanlah ia selalu ada dalam sanubariku
Buatlah ia selalu bisa mengekangku dari perbuatan hina dina nafsuku
Karena sesunggunya perjuanganku untuk mereka Ya Rabb...

Ridhoilah perjalananku wahai zat yang Maha Berkehendak
Amin

A Walk To Remember


A Walk To Remember....

Sebuah jalan untuk dikenang
Sebuah waktu untuk diingat

A Walk To Remember....

Sebuah kenangan untuk bahagia
Sebentuk masa untuk bercerita

A Walk To Remember....

Waktu yang jadi misteri
Waktu yang hanya ilusi
Waktu yang tak dapat dicari dan dibeli




Senin, 05 Desember 2011

Looking For My Somewhere Over The Rainbow

Somewhere Over The Rainbow

Somewhere over the rainbow
Way up high,
There's a land that I heard of
Once in a lullaby.

Somewhere over the rainbow
Skies are blue,
And the dreams that you dare to dream
Really do come true.

Someday I'll wish upon a star
And wake up where the clouds are far
Behind me.
Where troubles melt like lemon drops
Away above the chimney tops
That's where you'll find me.

Somewhere over the rainbow
Bluebirds fly.
Birds fly over the rainbow.
Why then, oh why can't I?

If happy little bluebirds fly
Beyond the rainbow
Why, oh why can't I?


This song really gaves me spirit to pursue my dreams. It tells about a faithful to find a safe place to live someday.  Somewhere Over the Rainbow, a home with full of joy and laughter, with full of love and warmness. Yeah, I will find my own somewhere over the rainbow someday, a place where I can raise my voice and become What I Want!

What I will Be Next...

I Will Be 


There's nothing I could say to you
Nothing I could ever do to make you see
What you mean to me
All the pain, the tears I cried
Still you never said goodbye and now I know
How far you'd go

I know I let you down but it's not like that now
This time I'll never let you go

I will be all that you want and get myself together
'Cause you keep me from falling apart
All my life, I'll be with you forever
To get you through the day and make everything okay

I thought that I had everything
I didn't know what life could bring
But now I see, honestly
You're the one thing I got right
The only one I let inside
Now I can breathe 'cause you're here with me

And if I let you down, I'll turn it all around
'Cause I would never let you go

I will be all that you want and get myself together
'Cause you keep me from falling apart
And all my life, I'll be with you forever
To get you through the day and make everything okay

Without you I can't breathe
I'm not gonna ever, ever let you leave
You're all I got, you're all I want, oh
'Cause without you I don't know what I'd do
I can never, ever live a day without you
Here with me, do you see you're all I need?

And I will be, all that you want and get myself together
'Cause you keep me from falling apart
And all my life, I'll be with you forever
To get you through the day and make everything okay

I will be all that you want and get myself together
'Cause you keep me from falling apart
And all my life, I'll be with you forever
To get you through the day and make everything okay





Those beautiful lyrics was tell me about giving and sincerity. It also gave me one big question, What I will be in the next episode of my life? But whenever I go and whatever I will, I will be what my Parents want.

Song By Avril Lavigne

Senin, 28 November 2011

Keep Moving Forward And Facing The Giants!!


Menjadi remaja memang tidaklah mudah. Banyak jurang-jurang  dan tikungan-tikungan licin yang dapat menggelincirkan kita untuk meraih keberhasilan. Sama halnya seperti masa-masa akhir SMA, ketika persoalan mengenai ujian nasional serta masuk perguruan tinggi begitu menguras pikiran.

Mendapatkan nilai NUN terbaik dan diterima di PTN favorit. Ya, itu memang yang sekarang selalu saya tancapkan di pikiran. Berusaha semaksimal mungkin menerima pelajaran di sekolah dan meluangkan banyak waktu untuk belajar. Tapi itu juga yang begitu terasa sulit, mengingat hidup di asrama tak semudah hidup di rumah ketika semuanya serba mudah. Mudah diatur. Mudah dihandel. 

Di asrama, semuanya tampak seperti fatamorgana. Jika kita tak pandai-pandai memanfaatkan waktu, maka waktu yang akan melena kita. Ada begitu banyak acara, lomba, dan bermacam aktivitas yang dilakukan teman terkadang membuat kita ingin untuk ikut-ikutan. Belum lagi rasa malas yang selalu hadir ketika akan membuka buku dan pikiran yang mengajak untuk "ayo refreshing dulu, nonton film, ngobrol ma temen, atau ngelakuin hal-hal nyenengin lainnya!" Ya, itu memang yang sekarang saya hadapi, bagaimana menjadi remaja yang efektif dan nggak mudah terpengaruh.

Terkadang saya iri dengan teman yang begitu cerdas dan tampak tak kesulitan menguasai materi pelajaran.  Belum lagi banyak teman saya yang mendapatkan kesempatan untuk mendaftar di universitas luar negeri! Mereka setiap hari mendapatkan bimbingan dan les TOEFL! Begitu menyenangkannya menjadi anak pintar. Jujur saya iri. Bagaimana dengan siswa yang biasa-biasa saja seperti saya?Mereka begitu semangatnya menghadapi hari, seperti sudah tertata masa depan mereka! Lalu saya?

Tapi satu hal yang saya yakini. Allah S.W.T Maha Pemurah. Allah tak akan membiarkan hambanya terlantar saat menuntut ilmu di jalannya. Justru ini tantangan untuk diri saya. Saya akan membuktikan bahwa murid yang banyak belajar akan lebih berhasil dari murid yang banyak di ajar. Yang perlu saya lakukan hanya berusaha semaksimal mungkin, berdoa sesering mungkin, dan tidak perlu iri dengan teman yang lain.

Keep Moving Forward And Facing The Giant!
Let ALLAH S.W.T Guide Me




Minggu, 11 September 2011

Sketsa-sketsa Pendek di Hari Selasa


WAKTU ARIZKY

Arizky tak tahu menahu tentang waktu. Yang pasti ia masih ingin bernyanyi, memberi makan ayam ikan, bersendau gurau dengan teman, atau mendengarkan suara Bryan Adams sambil ginjal-ginjal di kamar. Tapi kenapa jam sudah menunjukkan pukul sebelas. Padahal Arizky belum sempat belanja kaos di pasar, berenang di Kendedes, membaca cerpen Agus Noor vs Djenar Maesa Ayu sambil membayangkan dirinya jadi peri, serta membantu Ayah merenovasi rumah. Ia tak pernah sadar kalau waktu bisa begitu tak ramah. Masih ada PR Kimia yang belum dikerjakan dan janji bertemu pacar di sebuah taman. Ketika jam masih pukul sepuluh Arizky pernah berangan-angan menjadi Presiden, menjadi ahli DNA nomor wahid di seantero jagad, dan berenang bersama ikan pari di samudera. Entahlah, mungkin Tuhan memberikan waktu untuk melena manusia, dan ketika vonis sakit mendekati mati diberikan, manusia merasa waktu begitu singkat. Tik tok tik tok, waktu terus berjalan, sementara Arizky tak tahu harus bagaimana? Sekarang waktu adalah rivalnya, ia harus bisa mendahului waktu. Arizky terus berlari. Dalam pikirannya ia masih ingin untuk nonton film di 21 atau jadi anak paling pintar di sekolah. Tapi Arizky tahu, harus bermunajat pada-Nya. Sebelum rumahnya berubah jadi labu dan dia dikutuk jadi batu.

NOMOR SATU

Gimana rasanya kalo kamu nggak punya cukup waktu, untuk berbakti pada Ibu dan Bapak. Untuk meraih cita-cita. Untuk jadi nomor satu di kelas.
Bapakku selalu bilang aku harus jadi nomor satu, bukan dua, bukan tiga. Tapi nyatanya aku selalu jadi nomor dua, bahkan tiga, bahkan empat.
Nomor satu nggak bakal dilupa
Nomor satu nggak bakal terinjak
Nomor satu itu dipercaya
Nomor satu itu juara
Nomor satu itu istimewa
Nomor satu itu number one
Kamu harus jadi nomor satu!
Itu kata Bapak.
Terus siapa yang harus jadi nomor dua, nomor tiga, juga empat kalo semua orang di dunia pengen jadi nomor satu?
Aku nggak tahu apa yang aku omongin.
Tapi ketika aku melihat anakku sendiri membaca buku ensiklopedi mahal yang baru kubelikan , aku pengen anakku jadi nomor satu.

SEBELUM WISUDA

Besok adalah hari ketika kamu diwisuda. Semua orang akan berdecak kagum melihatmu naik ke atas panggung. Pasti. Kau bagaikan terbang menuju surga firdaus lalu jatuh menembus awan-awan empuk dan terbaring di hamparan rumput hijau nan nyaman. Perlahan. Semuanya berjalan indah dan tepat pada waktunya. Semua usahamu tak sia-sia. Tak pernah. Setidaknya kali ini. Kau ingat bagaimana kau belajar tengah malam dan sholat hajad juga dhuha tak pernah kau lupakan, serta berjuang sendiri tanpa teman akan berbuah keberhasilan. Kau memang yang terbaik!
Namun tiba-tiba kau terbangun, entah mengapa malam ini resah. Mungkin sedikit nervous karena besok akan diwisuda. Masih dini hari, gumammu sambil kau lihat jam di meja belajar. Lalu kau arahkan pandangant ke kaca apartemenmu. Alangkah terkejutnya dirimu saat menatapi apa yang terjadi di kaca riben berukuran segi empat itu. Di sana, tampak Ibu Bapakmu beserta adikmu menangis di tengah-tengah kungkungan api yang menjilat-jilat seperti lidah naga. Mereka memanggil-manggil namamu. Ingin bertemu, jauh, jauh di sana, di sebuah negeri.
Negeri yang kau ingat bernama Indonesia.


JANJI

Di atas bukit di bawah pohon randu kita pernah mengubur janji. Seperti katamu, “Everybody have their own path,” kita berpisah. Kau menjemput matahari, aku menjemput pelangi.
Tak ada yang pernah tahu rahasia takdir dan hati. Socrates yang bergumam bahwa pemimpin itu babu tak pernah tahu. Colombus yang membuktikan bumi itu akan kembali pada titik awal, tidak melulu berjalan terus juga tak tahu. Atau Mahatma Gandhi yang mati karena memikirkan orang lain sekalipun tak pernah tahu.
Tapi kita tahu, sebuah janji yang terkubur di atas bukit di bawah pohon randu yang sekarang berubah jadi bianglala merah. Tepat 22 tahun semenjak janji itu terkubur, setelah bilang “Everybody have their own path” kau tak pernah kembali untuk menepati janji.



IMPIAN

Gustaf selalu berharap jadi konglomerat atau memiliki kembaran seorang menteri di suatu tempat. Gustaf juga pernah berharap menjadi burung, kupu-kupu, dan pangeran tampan.
Ketika waktu berjalan tik tok tik tok Gustaf memandangi pantulannya di kaca. Tampak miskin dan menyedihkan, ah wajah siapa itu, seandainya ia jadi insinyur. Lalu waktu berjalan lagi tik tok tik tok, dan Gustaf ingin menjadi Tuhan.

SANG BIDUAN

Narsih duduk terpatut di kaca rias. Dipolesnya bibirnya dengan gincu merah terang mengundang. Perlahan pipi-pipinya berselimut bedak murahan. Ia pandangi sosok di kaca rias. Cantik. Ditambah lagi pakaian sejenis babydoll pendek oranye seksi yang ia kenakan, membuat semua lelaki pasti langsung klepek-klepek. Ia ke luar ruangan, bersiap untuk tampil.
Di luar, pentas sudah ramai ternyata, orang-orang menyorakinya mengutusnya segera berdendang.
Malam ini, Narsih siap menyanyi hingga 5 lagu. Yang terpenting uang untuk lebaran akan mengucur. Ah, memang nasib jadi penyanyi orkes, lihatlah Narsih harus bergoyang heboh untuk dapat bonus.
Sembari menyanyi dipandanginya wajah-wajah yang terlena, tertawa, cekakan, dan seperti terhipnotis di bawah panggung. Hingga ia melihat seraut wajah kuyu di tengah-tengah penonton. Wajah hitam penuh lelah dan urat otot yang menyembul di leher, pertanda hidup berat. Itu wajah Bapak. Narsih kaget. Seketika ia terhuyung-huyung di tengah pentas. Ia pingsan.
Ketika sadar Narsih sudah berada di ruang ganti. Mami dan beberapa penggerak diesel sudah mengelilinginya, tampak khawatir. Lalu menyeruak seorang pria tua dari tengah kerumunan menghampirinya. Bapak.
Narsih gemetar. Ia takut. Perlahan Bapak berkata. Terbata-bata. “Narsih, kenapa ka...kamu ndak nyekar ke kuburan Bapak, Nduk?” Narsih tak tahu harus menjawab apa. Matanya berkunang-kunang, gincunya terasa pahit, lidahnya kelu, suara mami yang memanggil-manggil dirinya tak terdengar hanya tampak mulut yang menaganga-nganga lalu buram. Lalu Narsih pingsan, lagi.*

*Malang, 6 September 2011
Mengisi waktu untuk cadangan sewaktu-waktu; Saat antri di tukang cukur, setelah membaca cerpen Djenar Maesa Ayu “Waktu Nayla”, saat belanja di alfamart, saat terpekur sendiri di rumah, saat menjelang maghrib:   Terima kasih untuk Dini, Ziky, Angga, Farah, Mifta, Ema yang mau menjadi tempat curaha-curahanku ini berlabuh di hp mereka masing-masing. Hehehe:p

Minggu, 03 April 2011

Anak Ibu

Minggu, 16 Mei 2010 by: Forum Lingkar Pena Cerpen Benny Arnas
Dimuat di Koran Tempo, 16 Mei 2010





Apa Bahagia Itu, Anakku
Bahagia adalah ketika kau mendapatkan kegembiraan, kedamaian, dan rasa syukur, dalam waktu bersamaan. Hilang saja salah satunya, hidupmu akan timpang.
Kau nanti akan mendapati orang-orang yang berlebihan dalam banyak hal. Misalnya seorang hajjah, yang bila melenggang serupa manekin toko emas berjalan; bergelantungan perhiasan di leher, pergelangan tangan, centil telinga, bahkan lingkar kakinya. Tapi tak banyak yang peduli bahwa ia selalu dihantui kecemasan. Suaminya dibelit kasus korupsi, pun saban dua minggu harus cuci darah; anak-anaknya sudah tiga kali tertangkap basah nyimeng di belakang sekolah.
Kau jangan mencari kegembiraan dengan mengorbankan rasa damai, Anakku. Kau jangan lupa bersyukur hanya karena merasa semua didapat lewat kerja kerasmu. Kau jangan jadi orang kaya yang miskin! 

Seperti Neknang
Mengapa orang-orang tua banyak yang renta?
Selain perkara usia, karena mereka tak mampu mengambil saripati kehidupan yang sudah kapalan dilalui. Mereka hendak berehat saja ketika senja, namun lupa, rehat dapat membunuh hasrat untuk senantiasa siap. Maka, kautiliklah, orang-orang tua yang bersantai ketika waktu sudah sudah hampir bosan memeringati usia, akhirnya akan menjadi benalu dalam keluarga. Kehadirannya justru merepotkan orang saja (walaupun tak ada yang mengungkapkannya).
Maka, kuceritakan padamu tentang Kakek. Dalam bahasa kampung kita, Neknang. Menjelang kepala delapan, ia masih berkebun, ia masih mengitari kampung saban petang, ia masih membaca koran (walau kadang minta ditunjuki arti beberapa kata atau kalimat serapan asing), bahkan ia masih punya cita-cita. Ke Tanah Suci.
Ibu ingin kau pun mewarisi semangatnya, Anakku. Menjadi tua, sudah ketentuan. Namun kau dapat menjadi muda, demi kehidupan! 

Kehilangan Matahari
Kau tak tahu bagaimana kita sudah kehilangan matahari sekian lama. Sejak gedung-gedung itu tumbuh tinggi dengan cepatnya, mengalahkan tunas-tunas tanaman yang mesti disirami saban hari. O, kau juga tak tahu perihal pohon itu, kan?
Suatu waktu Ibu akan keluar dari kampung tembok ini, Anakku. Akan kubawa ember dari rumah menuju tanah lapang yang dirimbuni ilalang. Siapa tahu ada anakan jambu terong atau anakan srikaya yang tiba-tiba menyeruak dari sana. Akan kucungkil tanah tempatnya tumbuh: ya, bersama tanahnya sekalian. Kumasukkan ke dalam ember.
Di rumah, setelah disiram sedikit air. Kukabarkan padamu bahwa itulah cikal-bakal pohon. Aku hanya masih berpikir, apakah benar anakan itu akan menjadi pohon, bila matahari selalu disembunyikan oleh tembok-tembok? 

Makan-makan
Bila ada yang meninggal, kaukabarkan saja pada keluarganya dan mereka yang tahu agama. Bakda dimandikan dan dikafankan, baru kaumaklumatkan pada 40 orang. Sembahyangilah ia. Lalu tanamlah ia di pemakaman umum di selatan kelurahan. Tak usah kau tanam di dekat rumah. Ia juga ingin berkawan dengan orang-orang mati, bukan hanya dengan kalajengking, lipan, dan cacing-cacing berwarna cokelat bening.
Bila para tetangga hendak mendoakannya di rumah, kau bantu ahli-musibah menyiapkan buku Yaasin dan Al-Qur'an. Lalu jeranglah air sepuluh kali lebih banyak dari biasa. Itu saja. Tak usah kau petik nangka muda, tak usah menebang batang kelapa untuk diambil umbutnya dan diparut kulit daging buahnya, tak usah menyembelih ayam kampung, tak usah membeli bumbu-bumbu gulai di pasar pagi. Ia tak restu bila kalian mesti berutang demi menyelenggarakan malam-malam doa di rumah hingga 100 hari kematiannya. 

Aku Akan Jadi Gurumu
Maka, kuboyong kau ke sebuah kampung suatu hari. Kampung yang tersuruk. Nyaris dilupakan sesiapa (apalagi pembuat peta). Bukan tempat Ibu dilahirkan. Bukan pula tempat kakek-nenekmu hidup dulu. Ibu sudah lama mencari-cari daerah di mana Ibu dapat melihatmu tumbuh menjadi manusia yang paling manusia.
Ibu akan mengajarimu banyak perkara. Tak perlu kau mendaftar ke sekolah. Kau akan kudidik sendiri. Dengan tertib. Ibu tak ingin menitipkanmu ke gedung-gedung yang dibangun dengan batako yang dilapisi adukan semen dan pasir dengan perbandingan 1:7. Ibu tak ingin kau didikte pelajaran yang gurunya sendiri tak paham apa yang (hendak) ia berikan. Apalagi menurutku kau benar-benar tak perlu belajar bila sudah sekolah. Bukankah sudah ada tim sukses masing-masing sekolah yang akan mengisi lembar jawabanmu? Satu-dua siswa mereka tak lulus, dipecatlah kepala sekolahnya, digantilah kepala Dinas Pendidikannya, ditegurlah menterinya. Kita tak usah menyusahkan banyak orang, Anakku. 

Bila Kau Jadi Pengarang
Bila kau menjadi pengarang, jadilah pengarang yang santun. Kau tak usah ikut-ikutan pengarang yang banyak bicara. Lain yang ditulis, lain pula tindak tanduknya. Yang kerjanya menghina karangan orang. Yang kerjanya menghardik pengarang lain. O ya, Ibu lupa kau perempuan, ya! Jadilah pengarang perempuan yang benar-benar perempuan. Tak usah kaukuak hal-hal busuk perihal kaummu. Tak penting itu. Hanya akan membuatmu terkenal karena kebusukanmu (bila ada yang bilang itu "wangi", itu bukan urusanmu).
Ingat Nak, mengarang itu menggambar atau bahkan membocorkan kenyataan agar orang lain ingat bahwa seperti ini rupanya hidup itu; kalau begini akan begitu, kalau begitu akan begini. Maka, bila berhubungan dengan pengarang lain, bercengkeramalah sebagaimana kau mengarang. Aku tak memintamu menjadi munafik. Aku memintamu bertanggungjawab terhadap apa-apa yang kau karang. Ingat pula, mengarang adalah mengingati orang lain tanpa mereka merasa digurui. Nah, bila tukang ingat-nya saja sembrono dalam bertabiat, bagaimana orang-orang yang membaca karangannya mendapatkan manfaat dari apa-apa yang (pura-pura) ia baik-baikkan dalam bahasa ceritanya? 

Senja yang Telat Pergi
Kau harus tahu, di waktu-waktu tertentu, ada kalanya senja tak ingin pergi. Hingga, ketika jejak azan magrib sudah hilang dari gendang telinga pun, langit masih jingga. Jingga yang pucat. Dengar, itu bukan pertanda bahwa serombongan PKI hendak menggorok leher ibumu ini. Bukan pula karena Hantu Wewe tengah berkeliaran mau menyembunyikanmu di balik jubah landungnya. Itu adalah selingan alam.
Kadang-kadang kau tak tahu bagaimana ranting kering tiba-tiba patah tanpa didahului embusan angin yang kuat, tanpa didahului seekor prenja yang silap menghinggapinya. Nah, itulah. Tuhan kadangkala memainkan kekuasaannya pada hal-hal kecil, Nak. Kauresapilah.
Pun dengan senja itu. Tuhan hanya ingin memersilakanmu menikmatinya agak lama. Jangan kau menggerutu sebagaimana orang-orang merutuki hujan lebat yang membuat seng rumahmu berkereokan tak sedap didengar. Kau jarang berpikir, ketika itu anak-anak tetangga senangnya minta ampun setelah sekian lama tak mandi karena air sumur sudah bau belerang. Jarang ada yang berpikir, ketika senja hinggap lebih lama, anak-anak takut keluar rumah. Orang-orang tua bahkan menambah-nambah ketakutan mereka dengan cerita-cerita tak berbenang-merah. Jarang yang memanfaatkan kebersamaan dalam kekalutan itu, untuk membuat mereka bergegas mengambil wuduk: solat magrib bersama! 

Tamasya di Hari Lahir
Apa yang akan kaulakukan ketika anakmu tiba-tiba ingat hari lahirnya?
Kau akan berpikir keras tentang sejumlah uang yang akan kauhabiskan untuk merayakannya, bukan? Merayakan? Apa yang perlu dirayakan dari sebuah peringatan?
Ibu bisikkan padamu. Kau ajaklah anakmu pergi ke tepian Lubuklinggau. Ke Siring Agung. Kaulintasi hutan karet di Kenanga Dua Lintas. Dalam perjalanan, kau kenalkan nama-nama pepohonan yang berbaris di tepi kiri-kanan jalan, yang berjajar serupa pagar-bagus pesta perkawinan. Biasanya pohon durian yang hampir ratusan tahun umurnya paling banyak di sana, pohon kopi yang bunganya bagai rerumpun melati yang tengah berpelukan, dan sedikit memasuki daerah Siring Agung, kau akan melihat pohon yang kelopak bunganya tak lembek: bunga kamboja. Di sana, terhampar pusara-pusara orang yang telah habis jatah hidupnya. Nah, lihat tahun lahir dan meninggal mereka. Bermacam-macam, bukan? Ada yang sudah sangat tua, ada pula yang seumuran dengan kau dan anakmu. Tentu, kau dan anakmu sudah khatam mendengarkan diktum kematian, bukan? Mau dibawa ke mana hidup ini bakda mati? Jangan lupa ya, Nak. Ajak anakmu ke sana di hari lahirnya. 

Karib Nenek di Seberang
Nenekmu punya seorang kawan yang tinggal di seberang pulau. Ia memiliki sembilan anak. Semuanya sudah berkeluarga dengan pekerjaan yang baik-baik pula. Kau tahu, ia hanya seorang tukang jahit. Ia sangat suka berderma. Ia selalu memasak gulai dengan melebihkan kuahnya. Agar dapat dibagi-bagi dengan tetangga, begitu alasannya. Bila masjid mengadakan acara, dari khatam Qur'an hingga Maulud-an, ia yang paling banyak membawa penganan untuk para jemaah.
Bila dipikir-pikir, manalah mungkin ia mampu membiayai sekolah dan kuliah semua anaknya. Tuhan Maha adil, katanya. Aku takkan bercerita banyak perihal keajaiban itu, lanjutnya.
Ada-ada saja rezeki yang datang padanya, Anakku. Ibu akan selalu ingat sebuah kalimat sederhana yang dirawikan Nenekmu darinya: Banyak memberi takkan membuatmu jatuh miskin.
 
Semuanya Berkabut
Dari banyak hal yang membuat Ibu gelisah, yang satu ini harus diceritakan. Kini, dan apalagi ketika masa kau besar nanti, tidak ada silaturahim yang murni. Kedatangan adalah jembatan menghantar keperluan. Senyuman adalah senjata untuk menyembunyikan kebusukan. Tolong-menolong haruslah diawali kesepakatan yang saling menguntungkan.
Demi Tuhan yang Maha Menurunkan Keajaiban, kuingin kau menjadi orang asing di masa itu, Anakku. Jadilah orang asing yang memegang tongkat Al Hakim. Jadilah orang asing yang jernih berpikir, teguh memegang kata hati. Semuanya akan berkabut, Anakku. Hanya yang sombong yang tak melihat kabut itu. Hanya yang asing yang merasa terganggu oleh kabut itu. Kau, kuingin kau selalu was-was terhadap kabut itu, Anakku. 

Jadilah Orang Miskin yang Kaya
Dengar, Anakku. Jangan pernah percaya pada kata-kata orang yang berdasi itu: Bila kau ingin berhasil, maka cintailah pekerjaanmu! Ingat, Anakku. Tak ada orang yang benar-benar mencintai pekerjaannya. Bila memang ia mencintainya, maukah ia menjabaninya tanpa imbalan?
Hidup adalah tumpukan topeng yang tak berwujud. Berlapis-lapis ditimpuk, takkan membuat mukamu tampak berbeda. Ini perkara lama. Perkara yang sudah jauh-jauh hari Tuhan ingatkan kepada kita. Padaku. Padamu pula.
Kau pelihara saja harta yang telah kaubawa sejak lahir. Kejujuran, rendah hati, mencintai saudara. Jangan kau ganti harta-harta itu dengan harta-harta yang baru: ketenaran, gelar haji, jabatan, mobil, emas-permata. Maka, jadilah orang miskin yang kaya, Anakku! Orang miskin yang bahagia. 

Malam Setan
Malam, tak ubahnya siang hari. Bahkan lebih meriap. Kau akan mendapati perempuan jadi-jadian di sekitar rumah (rel kereta api tak lagi menguntungkan untuk mencari pelanggan).
Aku bersyukur karena kau perempuan, Anakku. Bukan laki-laki. Maka, demi Tuhan, janganlah pula kau menjadi siluman. Kelak, bukan hanya banyak perempuan yang mengaku bahwa mereka terperangkap dalam kegagahan perawakan laki-laki. Namun, akan banyak pula laki-laki yang mengaku terperangkap dalam kemolekan tubuh perempuan. Sering-seringlah mengunjungiku, Anakku. Agar kau ingat padaku. Pada nasihat-nasihatku. Pada kematianku. Pada kematianmu. 

Lelaki Pencuri Cahaya
Sekarang kau sudah menjadi perempuan dewasa. Serupa aku beberapa tahun sebelum mengandung. Kau masih saja memakai pakaian yang landung-landung. Rok yang mencium mata tumit, dan baju kurung yang berkancing setengah kilan di atas payudara, membungkus lenganmu hingga ke gelang tangan.
Maka, carilah pemuda yang selalu membuatmu bercucuran cahaya karena mentari telah berhasil ia curi dan ia rasukkan ke dalam dirinya.* Dialah pemuda yang akan menjagamu. Menjaga pusara ibumu. Menjaga kehormatanmu. Menjaga anakmu agar tak menikah sebagaimana kau kelak: berwali hakim di hadapan penghulu. 

Anak Ibu
Maafkan Ibu yang tak sempat menemanimu tumbuh, Anakku. Yang terang adalah, Ibu kini bahagia. Kau selalu mendoakanku, orang yang terbang ke langit bakda memersilakanmu menangis untuk pertama kalinya. Entah, kau mendoakan ayahmu atau tidak. Atau kau sudah tahu bahwa pemerkosa itu tak layak kaudoakan. Atau dokter yang menghadiahiku buah simalakama kala itu, menggugurkanmu agar aku hidup, atau melahirkanmu namun aku akan segera bertemu Munkar dan Nakir, telah menceritakan kepadamu bahwa aku kerap bercengkerama dengan perutku sendiri, menyampaikan ragam nasihat, harapan, dan impianku tentangmu, ketika layar monitor mesin pemindai kandunganku menyatakan kau perempuan?
Khidmatilah semuanya, Anakku. Mataku ada di mana-mana. Sebagaimana semua petuahku menyelusup dalam tindak-tandukmu. 

Lubuklinggau, Maret 2010
Catatan: Kalimat dengan tanda * digubah dari "Lelaki Cahaya", puisi pendek yang tiba-tiba dikirimkan Aida Radar dengan SMS, ketika cerita ini tengah digarap.

Sabtu, 12 Maret 2011

Nyanyian Anak Negeri

Adalah gunung-gunung perkasa. Lembah-lembah berjajar dengan bijaknya. Rumputan penuhi ngarai dan sungai-sungai deras. Wewangi kasturi surgawi terbawa angin yang membuai ilalang di khatulistiwa, hijau dengan jamrudnya. Akar-akar beringin yang mengurat di tanah. Limpahan ilmu di setiap lelangitan dan lautan. Aku kenal. Coba ku cari, ku gali sisa-sisa kemegahan Ibu pertiwi. Ah, mereka selalu membuatku hafal dengan bau wangi negeri ini. Yang mencukupiku. Menimangku. Mengajariku. Rantauan tak bisa memalingkanku. Pun dunia tak akan membuatku alpa darinya.*



*Malang, 30 Januari 2010
Arizky Rachmad Sudewo

Biarkan Ibu Bersaksi


Oleh: Arizky rachmad sudewo


Di sudut kota Jepara
Seorang bocah  tergugu
Di atas pangkuan ibunya
Ia melagu
Ibu, malam masih panjang
Biarkan aku rebah di pangkuanmu
Katakan pada dunia aku masih ada

Ibu, masih bolehkah aku bermimpi
Jadi raja di negeri ini
Maka kupintal dedaunan menjadi keadilan
Kubentangkan tanah syurgawi menjadi tikarnya
Tapi Ibu, aku terlalu kerdil
Si angkara murka telah hadir
Memporak porandakan negeri ini

Seribu satu kisah aku masih punya
Tentang mereka yang teraniyaya
Mati di negeri sendiri
Tapi Ibu, masih bisakah aku bermimpi
Menjadi raja di negeri ini
Atau sekedar bernyanyi
Bisakah Bu

Aku juga anakmu
Putra-putri pertiwimu
Sama seperti mereka yang binasa di jalanan
Mereka yang mengais ilmu di tanahmu
Mereka yang terlantar di bumimu

Ibu,
Jadilah saksi akan mimpiku
Pemulung cilik yang buta pendidikan
Katakan pada dunia aku masih ada


Malang, 30 januari 2010

Jumat, 11 Maret 2011

Hidup Itu Berjuang Teman!



Aku setuju dengan khotbah jumat tadi siang, bahwa hidup itu berjuang, hampir semua dari 24 jam yang kita punya adalah berjuang. Mulai dari hendak tidur sampai besoknya membuka mata untuk menghadapi hari, adalah berjuang.

Dan semoga aku tidak menjadi salah satu manusia yang merugi, seperti kata Khatibnya "Sebagian besar manusia sebenarnya merugi. Hanya jika mereka tahu bahwa hidup adalah berjuang, namun jangan melupakan senyuman dalam berjuang.Karena perjuangan yang diterima oleh Allah S.W.T serta yang sebenar-benarnya bermanfaat adalah perjuangan yang didasari keikhlasan." Mendengar hal tersebut,  tiba-tiba ada penyesalan terbit di hati.  Wah ternyata selama ini saya banyak mengeluhnya. Mengeluh punya PR banyak, harus nyelesain ini itu lah, capek, banyak kerjaan, belum lagi masalah sama temen yang itu kek. Wah...wah...kok rasanya aku kurang bersyukur  ya, padahal belum tentu saudara-saudaraku yang lain bisa merasakan seperti ini, menjadi pelajar yang masih bisa mencari ilmu tanpa kesulitan dan bercita-cita menjadi orang besar nantinya. Tapi itulah manusia, tidak pernah puas dengan yang dipunya. CK...ck..ck

So, semenjak hari ini, aku bakalan merubah mind set untuk menikmati keribetan menjadi seorang pelajar. Karena semua hal yang  kupunya saat ini adalah yang paling berharga yang diberikan oleh Allah S.W.T. Betul nggak Sob?

Sabtu, 26 Februari 2011

Beasiswa Pendaftaran SMAN 10 Malang-Sampoerna Academy 2011/2012


head
BEASISWA PROGRAM SAMPOERNA ACADEMY
SMAN 10 Malang (Sampoerna Academy)
Pendidikan Bertaraf Internasional Berasrama
Tahun Akademik 2011/2012
Sebagai wujud kerjasama antara Putera Sampoerna Foundation dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur, SMAN 10 Malang (Sampoerna Academy) menyediakan pendidikan bertaraf internasional dengan kualitas pendidikan terbaik bagi siswanya. Kombinasi antara kurikulum internasional IGCSE dari Cambridge University dan Standar Nasional Pendidikan, serta didukung oleh fasilitas pendidikan berasrama (boarding education), merupakan beberapa keunggulan dari sekolah ini. Selain itu, sekolah ini menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar untuk beberapa mata pelajaran dan juga dilengkapi dengan fasilitas belajar mengajar yang lengkap.
Untuk tahun ajaran 2011/2012, SMAN 10 Malang (Sampoerna Academy) menerima 150 siswa dari wilayah Provinsi Jawa Timur, dengan beasiswa penuh.
Beasiswa Sampoerna Academy mencakup:
  1. Biaya pendidikan
  2. Biaya tempat tinggal dan makan di asrama
  3. Buku pelajaran
  4. Tunjangan kesehatan
  5. Seragam
I.    Persyaratan Dasar Calon Siswa
  1. Warga Negara Indonesia yang duduk di kelas 3 SMP di Jawa Timur dan berusia antara 14-16 tahun
  2. Memiliki nilai akademik rata-rata minimum 7,5 dari semester  1 sampai dengan semester 5
  3. Menduduki peringkat 15 siswa terbaik di sekolah (pada semester 5)
  4. Berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah
  5. Melengkapi formulir aplikasi dan menyertakan dokumen pendukung yang dibutuhkan.
II.  Jadwal Seleksi Siswa
Registrasi Batas waktu formulir aplikasi beserta semua dokumen pendukung diterima oleh Komite Seleksi Beasiswa  (Bukan berdasarkan tanggal cap pos) 12 Maret 2011
Proses Seleksi Proses seleksi dokumen Minggu II Maret 2011
Pengumuman hasil proses seleksi dokumen Minggu III Maret 2011
Tes Tulis, Wawancara Panel, & Diskusi Minggu I April 2011
Peninjauan akhir terhadap calon Minggu III April 2011
Pengumuman Pemberitahuan pemenang beasiswa. Minggu II Mei 2011
Formulir aplikasi bisa diperoleh di sekolah masing-masing, atau melalui situs kami: www.sampoernafoundation.org , www.sman10malang.com
Nomor Telepon: (0341) 727699 (Senin s/d Jumat, jam 09:00 s/d 17:00 WIB, Sabtu jam 09.00 s/d 12.00).