Sabtu, 31 Juli 2010

Sepeda Pancal, Why Not?

Kita semua tahu masa remaja adalah masa yang paling indah dan seru di kehidupan kita. Saat–saat remaja seperti ini, kita diharuskan memilih pergaulan dengan bijaksana. Karena hal tersebut yang dapat menentukan masa depan kita nantinya. Saat pergi ke sekolah,kebanyakan dari kita menggunakan kendaraan bermotor agar tidak dibilang cupu atau ketinggalan trend. Namun, hal tersebut sebenarnya memiliki dampak negative yang cukup besar bagi lingkungan dan perilaku hidup kita. Dengan menggunakan kendaraan bermotor saat pergi dan pulang sekolah, kita sudah ikut menyumbangkan polusi udara di bumi kita ini. Bayangkan saja berapa besar polusi udara saat ini, jika kita melihat banyaknya pengguna kendaraan bermotor. Ke-dua kita ikut mempercepat habisnya bahan bakar kendaraan bermotor, secara bensin saat ini sudah mulai langka tapi kendaraan bermotor makin banyak. Ketiga, dengan pulang dan berangkat sekolah dengan menggunakan kendaraan bermotor membiasakan kita hidup malas, serta mengajarkan kita hidup boros. Karena kita tahu kendaraan bermotor membutuhkan bahan bakar, otomatis uang saku kita harus extra dong. Lalu bagaimana untuk mengatasi penggunaan kendaraan bermotor yang berlebihan ? Nah, Siswa – siwi SMAN 10 Malang sudah menerapkan program Bike To School. Jadi, siswa – siswi yang jarak rumahnya ke sekolah lebih dari 2 m dibolehkan untuk menggunakan motor ke sekolah. Bagi yang rumahnya kurang dari 2 m mereka menggunakan sepeda pancal atau sepeda gunung untuk alat transportasi pengganti motor. Dan setiap siswa yang rumahnya lebih dari 2 m tersebut diberi kartu izin menngunakan kendaraan bermotor ke sekolah. Tidak hanya para siswa, guru-gurupun ikut serta dalam kegiatan ini, sehingga para siswa ikut termotivasi dalam menggunakan sepeda ramah lingkungan.Hmm,,,,Bayangkan saja, berapa banyak polusi yang udah kita kurangi dengan kegiatan diatas. Kita udah ikut menyelamatkan lingkungan, karena semua kesuksesan diawali dengan tindakan kecil terlebih dahulu. So, buat M-Teens mania kenapa tidak menerapkan kegiatan diatas mulai saat ini, gak usah malu dibilang kuno DARE TO BE DIFFERENT. Karena sebenarnya kegiatan tersebut sangat mulia, selain merubah perilaku hidup , kita juga ikut melestariakan lingkungan. Kita semua tentu tak mau kalu 2 tahun lagi kita udah gak bias menghirup udara segar,,,,,,hiiiyyy….serem banget kan. So, do it now. /Ar/

Demokrasi Dalam Cerita


 Selasa (20/7), sebuah amplop dari komisi pemilihan umum Kota Batu kuterima. Beberapa dari temanku bertanya, apakah aku sudah berumur 17 tahun sehingga sudah diberi kartu pemilu. Aku juga merasa heran, segera aku buka amplop tersebut. Dan ternyata , isi dari amplop tersebut adalah surat undangan presentasi 10 NASKAH TERBAIK LOMBA CERPEN DEMOKRASI yang diadakan oleh Lembah Ibarat dan KPU Batu. Akupun teringat dengan naskah cerpen yang pernah kukirim lewat E-mail, sebenarnya aku tak mempunyai niat untuk mengikuti lomba tersebut. Karena pada saat itu, semua persyaratan untuk mengikuti lomba seperti mengirim naskah hard copy rangkap 4 tak kupenuhi. Walaupun awalnya aku bersemangat, namun malam itu merupakan hari terakhir batas pengumpulan cerpen sehingga kuurungkan niat mengikuti lomba tersebut. Akupun hanya mengirimkan naskah soft copynya lewat E-mail agar karyaku tak terlalu sia-sia. Oleh karena itu, aku sangat terkejut ketika kulihat judul cerpenku berada di urutan 2 dalam 10 cerpen terbaik. Cerpenku berjudul Dari Atas Tower Itu… mengisahkan sebuah demokrasi kecil yang ada di tengah masyarakat desa, dimana kecurangan dan ketikdak adilan sering menimpa masyarakat kecil. Aku mencoba mengangkat fenomena seperti ‘salah tangkap’ dimana banyak masyarakat yang tak bersalah ditangkap dan dihakimi oleh para orang atas. Setelah mereka mengetahui bahwa orang tersebut tak bersalah, uang yang tak sepadan dengan luka fisik pun diberikan sebagai jaminan tutup mulut. Di cerita tersebut diceritakan seorang pemimpin yang tak menerapkan ‘Dari rakyat, Oleh rakyat, Untuk rakyat’ yang merupakan tujuan demokrasi. Bangga luar biasa, karena sebenarnya 10 naskah terbaik tersebut telah menjadi juara dan akan diterbitkan menjadi buku kumpulan cerpen demokrasi. Presentasi esoknya, hanya utuk menentukan 3 juara utama dan urutan, namun aku tak terlalu berharap banyak. Cerpenku benar – benar banyak kesalahan dari sisi kaidah penulisan atau EYD yang meliputi tanda baca, karena cerpen tersebut belum menjalani proses editing atau pembetulan sama sekali. Saat hari presentasi, aku mendapat urutan tampil pertama, serentak aku kaget. Dan benar saja, salah satu dari juri mempertanyakan mengenai hal itu, akupun hanya bisa menjawab sekenannya. Pengumuman tiba dan aku mendapat urutan ke-7 karya terfavorit. Aku sangat senang dan bersyukur kepada ALLAH SWT karena cerpenku yang tak memenuhi kriteria dan masih banyak kesalahan dibanding peserta lain masih bisa ikut bersaing dan bahkan masuk 10 nominasi. Prestasi ini merupakan langkah awal untukku lebih maju dan membuatku percaya that I can do everything!! How about you? //Arizky//